Poin Penting:
- Ecoton mengumumkan, sungai dan udara di Sungai Selokambang, Kelurahan Kademangan, Bondowoso, teridentifikasi terpapar mikroplastik.
- Terpaparnya udara dan sungai oleh mikroplastik ini bahaya bagi kesehatan manusia.
- Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajat, mengatakan, sudah ada Perda Tata Kelola Sampah dan Perbup Pembatasan Penggunaan Bahan Plastik di Bondowoso.
www.PetaniNusantara.com.ǁJawaTimur,28 September 2025-Sungai dan udara di Sungai Selokambang, Kelurahan Kademangan, Bondowoso, Jawa Timur, teridentifikasi terpapar mikroplastik.
Ini hasil dari identifikasi Yayasan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Indonesia usai melakukan bersih-bersih sampah di Sungai Selokambang, Bondowoso, pada Minggu (28/9/2025).
Alaika Rahmatullah, Koordinator Kampanye Ecoton, menjelaskan, pihaknya melakukan identifikasi mikroplastik dari sampel air sebanyak 10 liter yang selanjutnya disaring menggunakan screening mikroplastik.
Kemudian ditemukan 3 partikel mikroplastik yakni filamen, fiber, dan fragmen.
“Ukurannya rata-rata di bawah 5 milimeter. Kemudian tadi kita menemukan fiber macam-macam ya, ada yang 1 mm, 2,5 mm,” ungkapnya.
Dalam 10 liter air terdapat 16 partikel filamen.
Filamen ini berasal dari sampah-sampah plastik tipis kecil yang single layer. Seperti kresek dan sedotan.
Kemudian ada fiber sebanyak 10 partikel per 10 liter air. Fiber ini berasal dari sampah kain, yang ternyata saat ini ada campurannya polyester.
“Fragmen kita temukan dua partikel saja. Fragmen itu berasal dari plastik yang tebal. Seperti sachet, tutupnya botol AMDK,” ungkapnya.
Selain itu, hasil sampling udara di dekat Sungai Selokambang juga terdapat mikroplastiknya. Adalah 6 partikel fiber dan 1 partikel fragmen per dua jam.
“Di udara sudah tidak aman lagi. Ternyata sudah ada fibernya. Fiber itu berasal dari kain, dari serpihan ban motor,” urainya.
Terpaparnya udara dan sungai oleh mikroplastik ini bahaya bagi kesehatan manusia.
Kata Alaika, mikroplastik ini ada dua jalur masuk ke tubuh manusia. Melalui pernapasan dan pencernaan.
Mikroplastik yang masuk melalui pernapasan bisa mengendap di paru-paru.
Akibatnya bisa memicu sel-sel paru-paru melemah.
“Karena si mikroplastik itu bisa faktor transportasi racun, itu bisa memicu kanker di paru-paru,” jelasnya.
Kemudian, melalui pencernaan ini bisa dari air. Parahnya, saat ini sebagian besar air di PDAM itu menggunakan air sungai. Sementara PDAM disebutnya belum memiliki filter mikroplastik.
Jika melihat ini, kata Alaika, maka asumsinya berarti paling banyak yang perlu diprioritaskan penanggulangannya adalah sampah kresek.
Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajat, mengatakan, sudah ada Perda Tata Kelola Sampah dan Perbup Pembatasan Penggunaan Bahan Plastik di Bondowoso.
Namun sekali lagi, seperti yang lama-lama sebatas hanya dibuat. Sementara implementasinya kurang.
“Ini adalah pekerjaan rumah bersama,” ujarnya.
Dia mengatakan, harus ada sanksi tegas bagi mereka yang membuang sampah dan menggunakan obat/racun saat menangkap ikan di sungai.
Sementara ini belum ada sanksi tegas yang tertuang dalam Perbup itu.
“Makanya tadi diusulkan oleh teman-teman agar ada sanksi tegas bagi mereka yang melanggar,” pungkasnya.
Ecoton Lakukan Pemilahan Brand Sampah Plastik
Sebelum dilakukan identifikasi, Yayasan Ecoton juga melakukan brand audit sampah plastik yang berhasil dikumpulkan saat bersih sampah di Sungai Selokambang, Bondowoso.
Menurut Prigi Arisandi, dari Ecoton, pemilahan ini dilakukan agar diketahui sampah plastik itu berasal dari brand mana saja.
Karena dalam UU Pengelolaan Sampah nomor 18 tahun 2008, disebutkan setiap produsen yang menghasilkan packaging yang tak bisa dikelola secara alami, mereka harus bertanggung jawab.
“Ya harus diolah, agar tak menjadi beban masyarakat, tak jadi beban TPA,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Alaika Rahmatullah, Koordinator Kampanye Ecoton, menjelaskan pihaknya melakukan brand audit sachet di seluruh Indonesia berhasil kolektif kurang lebih sekitar 33 ribu pieces sampah plastik.
Dalam Permen LHK nomor 75 tahun 2019, itu mengatur pada tahun 2030 harus mengurangi setidaknya 30 persen sampah sachet yang bocor ke lingkungan.
“Caranya mengurangi, harusnya industri ini take back, yang kedua redesign kemasan. Jadi tak boleh kemasan multilayer seperti ini diproduksi. Harus beralih menggunakan ekosistem re-use,” pungkasnya.